Kamis, 09 September 2021

 



BERTANAM KUBIS BUNGA (Brassica-Oleracea)

Pendahuluan

Kubis bunga (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) adalah jenis sayuran yang masuk dalam famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil). Masyarakat Indonesia mengenal sayuran kubis bunga sebagai bung akol, kembang kol, atau dalam Bahasa asing disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa bunganya (curd). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX.

Kubis bunga memiliki tangkai daun agak panjang dan helai daun berlekuk-lekuk panjang. Tangkai bunga kubis bunga lebih panjang dan lebih besar dibandingkan dengan kubis bunga. Massa bunga kubis bunga tersusun secara kompak membentuk bulatan berwarna hijau tua, atau hijau kebiru-biruan, dengan diameter antara 15-20 cm atau lebih  Pada kondisi lingkungan yang sesuai, massa bunga kubis bunga dapat tumbuh memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga, tiap bunga terdiri atas 4 helai kelopak bunga (calyx), empat helai daun mahkota bunga (corolla), enam benang sari yang komposisinya empat memanjang dan dua pendek. Bakal buah terdiri atas dua ruang, dan setiap ruang berisi bakal biji

Biji kubis bunga memiliki bentuk dan warna yang hampir sama, yaitu bulat kecil berwarna coklat sampai kehitaman. Biji tersebut dihasilkan oleh penyerbukan sendiri ataupun silang dengan bantuan sendiri ataupun serangga. Buah yang terbentuk seperti polong-polongan, tetapi ukurannya kecil, ramping dan panjangnya sekitar 3-5 mm

Sistem perakaran relatif dangkal, dapat menembus kedalaman 60-70 cm. Akar yang baru tumbuh berukuran 0,5 mm, tetapi setelah berumur 1-2 bulan system perakaran menyebar ke samping pada kedalaman antara 20-30 cm

Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum 15.5-18 0C dan maksimum 24 0C. Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90 persen. Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.

Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kembang kol daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Kemasaman tanah yang baik antara 5.5-6.5 dengan pengairan dan drainase yang memadai. Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kecuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.

 

Teknik Budidaya

Varietas Bunga Kol Dataran Rendah

1.      Kol Bunga LARISSA F1 - PANAH MERAH

2.      Kol Bunga PM 126 F1 – PANAH MERAH

3.      Kol Bunga MONA F1 – PANAH MERAH

4.      Kol Bunga PERTIWI F1 - PERTIWI

5.      Kol Bunga ORIENT SP F1 - BISI

6.      Kol Bunga DIAMOND 40 F1 - KNOWN YOU SEED

Persemaian

Siapkan tempat persemaian, berupa bedengan dengan media semai setebal ± 7 cm, dibuat dari pupuk organik dan tanah halus dengan perbandingan 1:1 serta diberi naungan. Benih direndam dalam larutan Frevikur N (0,1%) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan. Benih disebar merata di atas bedengan persemaian yang telah disiram dahulu, lalu ditutup dengan media semai, sebaiknya diberi naungan/atap screen. Seminggu kemudian dipindahkan ke polybag kecil selama 2 sampai 3 minggu (daun 4-6 lembar) dan selanjutnya dipindahkan ke lahan pekarangan/ polybag.

Pengolahan Lahan

Tanah yang akan ditanami kembang kol diolah sedalam 20-30 cm karena perakarannya dangkal. Agar kesuburannya terjamin, tanah perlu dipupuk dengan pupuk kandang yang telah matang berdosis 5 kg/m2. Kemudian, tanah dibiarkan selama 7-10 hari agar cukup mendapatkan sinar matahari, lalu dicangkul untuk kedua kalinya. Selanjutnya dibuat bedengan berukuran lebar sekitar 100-120 cm dan panjang menyesuaikan panjang lahan. Di antara bedengan dibuat parit, selebar 30-40 cm, dan saluran drainase. Setelah itu, tanah siap ditanami.

Penanaman

Benih yang telah disemai ditanam di bedeng penanaman dengan jarak dalam barisan antara 45-55 cm dan jarak antar-barisan kira-kira 60-70 cm. Waktu penanaman sebaiknya dipilih sore hari agar bibit yang baru ditanam tidak langsung terkena sinar matahari, terlebih sinar yang terik. Yang perlu diperhatikan pada saat pemindahan adalah menjaga akar supaya tidak rusak / putus yang dapat menyebabkan staknasi setelah tanaman sampai di lahan. Kubis bunga membutuhkan banyak air terutama pada masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, penanaman sebaiknya dilakukan pada permulaan musim hujan. Penanaman pada musim kemarau dapat dilakukan asal penyiramannya intensif.

Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada tanaman rusak (tidak sehat) atau yang mati, sampai tanaman berumur 10 hari. Penyiangan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam disesuaikan dengan keadaan gulma. Perempelan seawal mungkin agar ukuran dan kualitas bunga terbentuk optimal. Setelah terbentuk massa bunga, daun tua diikat agar massa bunga ternaungi dari cahaya matahari untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih. Pengairan dan Penyiraman diberikan pada pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman 1-2 kali sehari terutama saat fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.

Pemupukan

Tiga hari sebelum tanam diberikan pupuk organik (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan takaran 4 kg/m2. Dua minggu setelah tanam berikan pupuk susulan Urea 4 gram + ZA 9 gram, SP-36 9 gram dan KCl 7 gram per tanaman. Empat minggu setelah tanam berikan pupuk susulan Urea 2 gram + ZA 4,5 gram per tanaman. Dapat ditambahkan pupuk cair 5 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam.

Hama dan Penyakit

Kubis, bunga kol, brokoli (Brasisicae oleraceae) merupakan tanaman sayuran semusim yang banyak ditanami pada dataran tinggi, sedang, dan rendah di Indonesia. Tanaman kubis  masih berkaitan erat dengan tanaman, seperti brokoli, kembang/ bunga kol, dan kubis brussel. Namun, kubis memiliki tiga warna, yaitu berwarna hijau, unggu dan putih.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman: dengan cara terpadu yakni dengan pergiliran tanaman dengan tanaman selain family Cruciferae, dan menyebarkan mikroba musuh alami. Pengendalian penyakit dilakukan dengan memilih benih bebas penyakit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis/ gigitan serangga, melakukan sterilisasi media semai/ lahan kebun, pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang terserang penyakit. Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

 

 

Hama Tanaman Bunga kol, brokoli dan Kubis

1. Ulat Daun Bunga kol, brokoli dan Kubis (Plutella xylostella)

Ulat ini memiliki ukuran relatif kecil berkisar 5-10 mm, berwarna hijau. Terkadang jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang.

Gejala Serangan:

  • Menyerang daun muda, dan dewasa hingga daun berlubang dan bahkan abnormal. Selain itu, hama ini hanya menyisihkan bagian urat-urat daunnya saja.

Pengendalian:

  • Penyemprotan dengan larutan insektisida berbahan aktif, seperti Abamectin, Alfa-sepermetrin, Asefat, Asetamiprid, Bacillus thuringiensis, Bensultap, dan sebagainya.

2. Ulat Tanah Bunga kol, brokoli dan Kubis (Agrotis ipsilon)

Ulat tanah memiliki ukuran 5-10 mm bahkan lebih, berwarna unggu kehitaman. Dalam bentuk larva berbentuk bulat kecil dan berwarna putih kekuningan.

 

Gejala Serangan:

  • Ulat ini menyerang pada pangkal batang muda, menjadi tidak normal sehingga menyebabkan rapuh, rusak dan mengakibatkan tanaman mati.

Pengendalian:

  • Penyemprotan dengan larutan Insektisida berbahan aktif, seperti Altacor 35 WG, Ampligo 150 ZC, Atabron 50 EC, Preva6thon 50 SC, Rampage 100 EC, Dyrsban 200 EC, Petroban 200 EC dan sebagainya.

3. Ulat Krop Bunga kol, brokoli dan Kubis (Crocidolomia binotalis)

Ulat yang baru menetas berwarna kelabu, kemudian berubah warna menjadi hijau muda dan terdapat tiga gars berwarna putih kekuningan dan dua harus disamping, kepala berwarna hitam. Umumnya ulat ini memiliki panjang sekitar 18 mm.

Gejala Serangan:

  • Menyerang daun muda sampai habis sampai tidak tersisa, tanaman pun menjadi rusak dengan adanya kotoran yang masih menempel bekas ulat tersebut.

Pengendalian:

  • Penyemprotan larutan Insektisida berbahan aktif, seperti Agrimec 18 EC, Amcomec 18 EC, Amect 18 EC, Calebtin 18 EC, Crespo 18 EC, Demolish 18 Ec, Dimec 18 EC, Isigo 18 EC, Matros 18 EC dan sebagainya.

4. Ulat Jengal Bunga kol, brokoli dan Kubis (Plusia chalcites)

Ulat jengkal berwarna hijau muda dengan panjang mencapai 15-20 mm, dengan ciri khusus berjalan menjengkal dari satu tempat ketempat lain.

Gejala Serangan:

  • Ulat ini makan daun muda dan tua, sehingga daun berlubag-lubang. Serangan larva ulat ini menyebabkan daun terdapat bercak-bercak putihpada daun dan menyebabkan daun tinggal epidermis dan tulang daun.

Pengendalian:

  • Penyemprotan dengan larutan Insektisida berbahan aktif, seperti Thuricide HP, Nugor 400 EC, Cyperin 250 EC, Cypermax 250/100, Sherpa 50 EC dan sebagainya.

Penyakit

Pengendalian busuk buah dengan MIKROBA | KLINIK PERTANIAN ORGANIK

  1. Busuk hitam

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular benih (seed born) yang menyerang semua fase pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas gigitan serangga atau luka. Gejala: terdapat bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi busuk sehingga tidak dapat dipanen.

  1. Busuk lunak

Penyebab: bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini menyebabkan busuk lunak pada tanaman di kebun dan pasca panen. Infeksi terjadi setelah busuk hitam melalui luka pada pangkal bunga yang hampir dipanen atau melalui akar yang terluka. Gelaja: busuknya batang atau pangkal bunga dengan tiba-tiba.

  1. Akar bengkak

Penyebab: jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Gejala: tanaman layu seperti kekurangan air dan segar kembali di malam hari, lama-lama pertumbuhan terhambat dan kerdil serta tidak bisa berbunga. Selain akar tanaman membengkak terlihat pula ada bercak hitam di akar tersebut.

  1. Bercak hitam

Penyebab: jamur Alternaria sp. Penyakit tular benih ini menyerang daun dan bagian tanaman lainnya. Gejala: daun menjadi berbercak coklat muda atau tua bergaris konsentris. Pada akar, batang dan tangkai terdapat bercak bergaris berwarna kehitam-hitaman.

  1. Semai roboh (damping off)

Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. Penyakit ini biasanya menyerang persemaian menyebabkan busuknya pangkal batang. Pengendalian: dapat dilakukan dengan melakukan bibit yang bebas penyakit, merendam benih di air panas (50 derajat C) atau di dalam fungisida/bakterisida selama 15 menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam kultivar tahan penyakit, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis atau gigitan serangga, melakukan sterilisasi media semai atau lahan kebun (khusus untuk akar bengkak), pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit.

Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu dan Penyemprotan air bersih pada pagi hari saat hujan di malam hari, dan juga saat terjadi kabut tebal.

Panen dan Pascapanen

Umur panen tergantung varietasnya, namun rata-rata kembang kol dapat dipanen setelah 55-60 hari sejak tanam atau 2-3 hari sesudah penutupan bunga. Pada saat dipanen kepala bunga harus mencapai besar maksimal dan warnanya belum berubah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari untuk menghasilkan kepala bunga yang segar karena masih terdapat sisa embun. Panen yang dilakukan sore hari akan menghasilkan kepala bunga yang kering akibat terkena sinar matahari. Hindari panen pasca hujan, tunggu sesaat agar air hujan hilang. Cara panennya, kepala bunga dipotong beserta daunnya, terutama daun penutup bunga. Setelah dipanen, kepala bunga segera dibawa ke tempat yang teduh untuk menghindari sinar matahari langsung yang dapat mengakibatkan perubahan warna menjadi kuning pucat sampai cokelat kehitaman dan terkena air agar tidak mudah busuk. Kembang kol yang telah dipanen sebaiknya segera dipasarkan karena mudah rusak dan menurun kesegarannya. Apabila kembang kol akan disimpan, sebaiknya dimasukkan dalam ruang pendingin bersuhu 0° C. Dalam ruang pendingin ini kesegarannya dapat dipertahankan hingga 30 hari. Ruang pendingin bersuhu kurang dari 5° C hanya dapat mempertahankan kesegaran kurang dari 12 hari.

 

Daftar Pustaka

ü  Edi S, Julistia B. 2010. Budidaya tanaman sayuran. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. p. 54.

ü  Nur Wahyu Sariningtias. 2020. Budidaya Tanaman Kubis Bunga (Brassica-Oleracea).). http://bbp2tp.bptpnews.id/Portal/detailBerita/9570.

ü  Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka. Tanggerang

ü  http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-344-budidaya-tanaman-kubis-bunga.html

ü  http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/586-teknik-budidaya-kubis-bunga-brassica-oleraceae-l

ü  http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-mainmenu-26-26/13-info-aktual/749-budidaya-bunga-kol-di-dataran-rendah-yang-menguntungkan

Niagahoster

Niagahoster
Unlimited Hosting Murah

About

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Followers

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Hosting murah dengan suport terbaik

Hosting Unlimited Indonesia

Popular Posts